10/10/2011

Dibalik Uniknya Film Kartun


Capek banget otak gue habis ngapalin jenis - jenis parasit buat besok praktikum daripada otak gue bocor mending ngeblog dulu dah, ngapalinnya dilanjutin ntar malem saja semoga ga ngantuk. tapi bingung banget gue mau nulis apa hari ini. terkadang ide gue buat nulis macet di tengah jalan ga tau juga kenapa ide gue bisa kayak jakarta alias macet. Lagi bingung nyari tulisan akhirnya ketemu juga sebuah artikel yang pernah gue tulis di lapi gue tercinta ini. sebenarnya artikel ini gue tulis untuk dikirim ke koran internasional berhubung gak ada kabar gue kirim ke koran lokal eh ga ada kabar lagi,boro - boro koran internasional, lokal aja ga diterima, nasib memang kejam.hehe. udah 2 bulan yang lalu sih ngirimnya dan tanpa kabar hingga detik ini, mungkin ga diterima kali ya, wajarlah gue kan masih pemula ( alesan ). Nah, daripada artikel gue jadi mayat di lapi gue dan senelum lapi gue terkena virus mending gue posting disini. ini ni artikelnya, kalo baca artikel gue slow aja yo.

Perkembangan Zaman memang tidak terduga, tidak bisa di terka kemana roda ini akan bergerak. Perputaran industri perfilman juga begitu cepat. Namun di balik Perkembangan film ini, ada satu hal yang tidak bisa berubah dan saat ini masih menarik perhatian, satu hal yang masih mendominasi acara TV di balik acara lain seperti sinetron, musik, telenovela . Film kartun sebagai acara yang masih tetap populer sampai saat ini.


Dunia kartun terlihat hanya seperi dunia anak anak. Segmentasinya pun jelas antara film kartun untuk cewek dan cowok atau film kartun yang cocok untuk keduanya. Namun sayangnya mengapa anak remaja kuliahan sampai diatasnya di anggap tidak layak menikmati tontonan ini, mereka malah di anggap sebagai anak kecil yang kurang bahagia di masa itu. Meskipun demikian, tetap saja masih banyak remaja bahkan orang dewasa yang menyukai acara ini, sebut saja tokoh upin ipin. Siapa yang tidak mengenal tokoh fiksi ini !
Mungkin jika dilihat dari sisi negatif memang film kartun untuk remaja hanya akan membuat malas, konsumtif terhadap komik dan hanya akan menjadi orang yang tidak benar benar real alias hanya orang “imajinatif”, bukan untuk remaja saja mungkin juga untuk anak anak. Namun tahukah anda di balik itu semua ada manfaat yang dapat di peroleh.
Indonesia sebuah negara yang kaya raya melimpah dengan penududuk yang padat sampai saat ini belum bisa menyaingi produksi film kartun dari berbagai negara, bahkan perfilman kartun di Indonesia akhir – akhir ini malah di isi oleh serial kartun dari negeri tetangga . Ironisnya Film tersebut di “ gandrungi” oleh semua kalangan dari anak anak remaja bahkan orang dewasa.
Bagaimana dengan Indonesia ?
Sampai saat ini minim sekali perindustrian kartun di Indonesia di setting oleh karya anak negeri ini. Bahkan jika ada, itu pun masih kalah bersaing dari negara lain. Padahal kita sepatutnya bangga dengan prestasi anak – anak bangsa dalam hal Teknologi, sebagai contoh setiap tahun negara kita selalu berhasil memperoleh penghargaan olimpiade di berbagai negara khusunya IT, sayangya Penghargaan itu tidak bisa dikembangkan lebih lanjut. Sebaliknya negara negara maju selalu mengembangkan apa yang telah berhasil mereka lakukan. Seperti halnya film anime ini. Sebut saja jepang, hampir sebagian besar industri perfilman kartun di negeri kita ini di isi oleh negeri sakura tersebut. Doraemon, Dragon ball, Naruto dan masih banyak lagi. Wajar jika kita kalah dengan negara jepang. Mengapa?? Seperti yang telah kita ketahui orang jepang terkenal dengan kegigihan mereka, ketekunan dan keuletan serta satu hal yang harus kita ingat, orang orang demikian selalu berani berimajinasi dan mengembangkan imajinasi mereka. Mereka tidak perlu malu dengan imajinasi mereka, tapi toh akhirnya mereka mampu mengembangkan dan mewujudkannya ke dalam sebuah wadah apa itu yang disebut dengan anime.
Film Anime / kartun sebagian besar memang di buat berdasarkan komik yang sudah beredar di masyarakat luas . Kita lihat komikus Fujiko F Fujio dengan serial komik doraemonnya, Film kartun yang penuh dengan imajinasi tentang hal hal luar biasa yang bisa kita temukan di abad 22. Aoyama gosho komikus pengarang detective conan yang berimajinasi tentang sebuah kasus besar dan tokoh dituntut menyelesaikan tuntas kasus tersebut, serta masih banyak lagi Komik imajinatif lain. Bermula dari hobi mereka mengarang cerita dan membuat design meskipun tidak sempurna, mereka telah membuktikan bahwa mereka berani mewujudkan imajinasi mereka dalam sebuah komik anime. setelah menembus pasaran dengan persaingan yang sangat ketat akhirnya mereka pun sukses dengan karya mereka yang selanjutnya diwujudkan menjadi sebuah film anime.
Bagaimana dengan Kita? di balik dari sisi negatif nya, film kartun juga berdampak positif terhadap remaja agar lebih kreatif dan lebih mampu berimajinatif. Dari imajinatif itu mungkin para remaja Indonesia tidak akan kalah bersaing membuat komik anime bahkan film kartun yang mampu menyaingi anime dari luar negeri. Untuk membuat komik atau film anime mungkin kita harus terlatih untuk mendesign, namun jika tidak ahli mendesign pun kita bisa bekerja sama untuk menuangkan gagasan imajinatif kita ke sebuah forum IT untuk dikembangkan lebih lanjut.
Selain itu ada manfaat lain, salah satunya adalah dengan adanya tontonan film kartun dapat mengurangi tingkat stress seseorang, Ketika seseorang menonton film kartun di pastikan orang tersebut akan menyembuyikan mimik emosi dan berganti raut wajah gembira terutama ketika menonton kartun yang lucu .
Nah, bagaimana dengan kita? Apakah film anime hanya cocok untuk anak – anak? Masih pantaskah para remaja menonton acara anime? satu hal yang pasti beranilah berimajinatif dan mewujudkannya, karena dengan imajinasimu semua hal yang sulit bisa di buktikan . ganbate !!!

2 comments:

  1. Ada banyak hal yg bikin animasi lokal susah maju di negara sendiri. Jgn salah loh, kebanyakan kartun Eropa itu buatan studio Indonesia, bahkan animasi yg sering kita konsumsi sehari-hari itu entah yg tayang di TV atau di bioskop tanpa disadari adalah hasil campur tangan karya anak bangsa juga.

    Film-film seperti Jungle Book 2, Lion King 2, Doraemon, Pokemon, Sailor Moon dan Ipin Upin dibumbui oleh goresan gambar para animator Indonesia, klo ga percaya silahkan cek di internet atau tanya ke dosen-dosen Desain Komunikasi Visual. Bukan hanya animator indonesia aja yg punya taring di perfilman dunia, untuk SpecialFX Artist pun Indonesia sudah sering ikut ambil bagian, contohnya di film Forest Gump, Species, dan Iron Man ada org indonesia yg ikut disitu.

    Tapi kenapa karya mereka tidak berkembang di Indonesia? Bukankah mereka sudah cukup kreatif sampai orang luar pun mempercayai pekerjaannya kepada artist (seniman) kita? lalu kenapa film animasi luar negeri bisa go international sampai ga ada jatah buat animasi lokal di TV kita?

    Film Animasi jepang atau Amerika mampu menarik minat pembeli (penayang) karena selain kualitasnya lebih bagus, harga jual animasi mereka pun terbilang murah, rata-rata 30jt per episode untuk film serial. Kenapa harga mereka murah? Karena mereka menjual produk mereka ke berbagai negara, semakin luas produk mereka tersebar, semakin besar keuntungan yg bisa diraih dan harga semakin murah. Bandingkan dengan animasi lokal yang harganya mencapai 80jt s/d 100jt per episode. Kenapa harga animasi lokal mahal? Karena pasar mereka hanya untuk Indonesia, semakin sempit produk mereka tersebar semakin kecil hasil yang mereka raih dan berpengaruh pada harga jualnya, karena mereka juga ga mau rugi berinvestasi dalam pembuatan film animasi yang budgetnya selangit. Dengan begitu secara otomatis kemajuan animasi lokal terhambat, karena sepi peminat dari dalam negeri, mereka lantas menerima pekerjaan dari luar yang masih mampu membeli dengan harga yg tinggi. Begitu film itu dikembalikan ke Indonesia dalam bentuk jadi, masyarakat kita berdecak kagum tanpa menyadari ada tangan-tangan lokal di film itu. Bahkan kebanyakan kita sering mencemooh "Orang Indonesia mana bisa bikin film keren kayak gitu?".

    Secara menyeluruh, kualitas animasi Indonesia memang masih dibawah kualitas animasi asing baik dari segi cerita, keluwesan gerakan, komposisi warna, desain karakter dan kualitas pengisian suara. Tidak jarang penonton jenuh menonton animasi lokal karena terlalu sering mengulang gambar yang sama untuk scene yg berbeda-beda, itu di karenakan budget yg menipis atau (yg lebih parah lagi) kehilangan kreatifitasan dalam diri pembuatnya. bahkan banyak pula orang-orang yg dipaksakan untuk masuk kedalam produksi meskipun profesi mereka jauh diluar bidang itu dan akhirnya semakin memperburuk suasana animasi lokal.

    -hanya salah satu dari sekian banyak sebab-
    (CMIIW)

    ReplyDelete
  2. oh ternyata begitu, kalo memang benar begitu berarti SDM kita sudah memadai hanya sesuatu kecil yang harus diselesaikan dalam memproduksi film kartun. saya juga baru tahu kalo ternyata film2 kartun luar terdapat ikut campur anak bangsa. tapi apa ya buktinya, bisa ngasih link nya ga??

    ReplyDelete

Kesaksian Pelecehan Seksual di Rumah Sakit Surabaya

Dunia medis Indonesia kembali tercoreng dengan ulah Perawatnya, bukan karena mal praktek ataupun tidak menerima pasien miskin, melainkan pel...