05/11/2011

ilmuwan kurang dihargai



Mungkin judul posting tersebut cukup pantas saya tulis melihat kenyataan jelas di negara ini. Banyak para Ilmuwan yang memang kurang dihargai disini, padahal dalam era globalisasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk menyongsong kehidupan negara agar lebih maju. namun apa yang terjadi di negeri ini, para ilmuwan memilih untuk hengkang ke luar negeri dan mendapatkan sebuah tempat dimana mereka benar - benar dihargai daripada harus menderita di negeri sendiri.


Dari segi perlengkapan peralatan penelitian misalnya, di Indonesia sungguh masih sangat  minim sehingga mereka tidak bisa mengembangkan penelitian mereka. alasan lain mereka hijrah ke negeri orang adalah karena mereka bisa mendapatkan hidup layak dengan materi yang memang pantas diberikan untuk kaum intelek seperti mereka, so mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup untuk keluarga dan kebutuhan penelitian mereka dengan materi yang didapatkan dari negara tersebut sehingga mereka bisa fokus dengan keahlian mereka. Bandingkan dengan Indonesia, para peneliti dihargai dengan materi yang sangat minim bahkan untuk memenuhi kebutuhannya mereka harus rela kerja sampingan atau kerja di luar kepakarannya. sungguh ironis
Tak heran jika banyak ilmuwan yang memlih untuk tinggal dan menetap di luar negeri karena mereka merasa di hargai disana. sebut saja negeri tetangga kita, Malaysia. 
Seorang ilmuwan di sana sangat dihargai keberadaanya. Sebagaimana yang dituturkan oleh salah seorang ilmuwan (sastrawan) dari Malaysia yang sedang berkunjung di Indonesia. Pada suatu acara seminar seorang ilmuwan tersebut bercerita bahwa, perjalanannya ke Indonesia sepenuhnya dibiayai oleh negara. Di Malaysia ia bersama beberapa ilmuwan sastra lainya diangkat sebagaisastrawan nagara. Tugasnya hanya mengembangkan ilmu yang dimiliki untuk kemaslakhatan bangsa dan negara. Ia mendapat fasilitas serba cukup dari negerinya, bak seorang menteri di Indonesia. Demikian juga ilmuwan-ilmuwan lain di sana, mereka pun diangkat oleh negara sebagai “ilmuwan nagara” sesuai disiplin ilmu yang dimiliki, dan bertugas mengembangkan ilmu tersebut untuk kemakmuran negara (Warsiman, 2010)
Teralu banyak orang jenius dari kita yang mengabdikan ilmunya di luar negeri, sebagai contoh Prof. Nelson Tahu. Pria kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia adalah pakar teknologi nano. Fokusnya adalah bidang eksperimen mengenai semikonduktor berstruktur nano. Teknologi nano adalah kunci bagi perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi teknologi Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di dunia, bertopang pada anak anak muda brilian semacam Nelson. Nelson, misalnya, mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Sementara sinar laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5 watt.Penemuan-penemuannya bisa membuat lebih murah banyak hal (suhud, haris. 2010).
Selain Prof.Nelson Tahu masih banyak lagi ilmuwan yang berada di luar negeri sebut saja, B.J Habibie, Morch Boediharjo sang ahli matematis dan sekarang berada di Hongkong , Prof Dr. Khoirul Anwar, Jepang dan masih banyak lainnya.
Jika Pemerintah Indonesia lebih memperhatikan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, saya yakin Indonesia tidak akan kalah dengan negara lain di bidang sainstech termasuk Malaysia. namun sayang Indonesia masih saja hanya memikirkan para politisi egois dan politik tak jelas, maka tidak heran jika Indonesia minim peneliti bukan karena tidak ada tapi  mereka lebih memilih ke luar negeri karena uang negara tak cukup untuk mendanai ide - ide brilian mereka, Pemerintah terlalu sibuk mendanai kursi - kursi untuk para pejabat dan para wakil menteri, sehingga para peneliti di singkirkan bahkan mungkin tidak ada pemikiran untuk memajukan peneliti.
Mungkin pemerintah Indonesia akan sadar kelak jika perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di Indonesia sangat jauh tertinggal dari negeri lain. Sungguh miris melihat kenyataan ini, padahal Sumber Daya Manusia kita mampu namun nasib mereka tidak dipedulikan. Semoga saja Indonesia bisa menghargai para ilmuwannya seperti negara lain yang mau menghargai kecerdasan ilmuwan kita.
Ayo maju bangsaku.


sumber : suhud, haris. 2010.http://morpiss.blogspot.com/2010/12/para-ilmuwan-indonesia-yang.html
Warsiman, 2010. http://blog.sunan-ampel.ac.id/warsiman/2010/05/18/ilmuwan-indonesia-kurang-beruntung/

10 comments:

  1. saya setuju banget, padahal banyak banget ilmuwan di ngara ini yang bisa membangun negara ini.

    ReplyDelete
  2. Hmm. memang Negara kita ini susah untuk menghargai kok Mas, terlalu banyak contoh memang. Kasian mereka yang ingin mengabdi ke Negara tapi malah tidak dihargai.

    ReplyDelete
  3. memang ilmuwan sekarang banyak yang bekerja diluar negeri. bukankah pepatah mengatakan dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. dinegaramanapun pun dia dihargai dia akan menjunjung negara tersebut. salam

    ReplyDelete
  4. halo , apakah anda pemakai sitti ? katanya sudah scam ya ? banyak yg mengeluh tentang pembayaran di fanpage facebook SITTI . thanks :)

    ReplyDelete
  5. setuju ...terutama penghargaan finansial,sehingga mereka lebih memilih di negara luar.

    artikel yang menarik :D

    ReplyDelete
  6. di Indonesia nampaknya masih ada feodalisme warisan zaman dahulu kalau zaman dahulu ada batasan bangsawan rakyat kalau sekarang ada batasan senior -junior. Ilmuwan yang lari keluar negeri karena tidak di beri kesempatan di dalam negeri karena tertahan oleh para senior nya padahal dalam segi kualitas tidak bisa dilihat dari senior atau junior ya ditambah lagi penghargaan secara finansial oleh negara masih kurang tapi kalau penghargaan dari masyarakat cukup tinggi

    ReplyDelete
  7. ahay baru tau ya...? kemana aja selama ini.. Di indonesia orang2 pinter tuh dibuang. adanya orang2 picik, licik yang bisa kongkalinkong korupsi malah tumbuh subur... begitulah indonesia.. gak maju maju, gak maju maju, itulah indonesia :p

    ReplyDelete
  8. terimakasih semuanya yang telah berkomentar, marilah kita menghargai ilmuwan kita

    ReplyDelete
  9. Disini yang lebih dihargai itu senioritas, bukan isi otaknya. Saya punya teman seorang ilmuwan sipil lulusan Leiden, Belanda. Spesialisasinya dam dan jembatan. Sebelumnya dia terlibat dalam tim maintenance bendungan tiga naga di china, bendungan yang sampai memindahkan 3 kota dalam pembangunannya. Waktu dia berniat untuk bekerja di Indonesia, apa yang dia dapat? Mendaftar di PU saja tidak diterima. :))

    Btw, blogger Jogja ya mas? Join dong di Komunitas Blogger Jogja. Banner ada di blog saya. :)

    ReplyDelete
  10. ya, yang muda kadang tersingkirkan.. salam kenal jogja

    ReplyDelete

Kesaksian Pelecehan Seksual di Rumah Sakit Surabaya

Dunia medis Indonesia kembali tercoreng dengan ulah Perawatnya, bukan karena mal praktek ataupun tidak menerima pasien miskin, melainkan pel...